Monday, November 21, 2011

Kebahagiaan Singkat



"Kak Eza?" tanya Hera senang sekaligus tak percaya dengan lelaki yang sedang duduk disudut cafe itu bersama laptopnya.

"iya, kamu siapa ya?" tanya Eza heran

"mungkin kk gak kenal sama aku tapi aku tau kk, aku adik kelas kk dulu di SMA, aku temannya Lina"

"trus ada apa ya?"
 
"jadi kk gak ingat sama Lina?"

"Lina? siapa dia? kayaknya gak kenal deh, cuma kayak pernah dengar nama itu dulu"

"klo kk ingat dulu itu Lina pernah nya......"

"sorry ya saya buru-buru nih harus kekampus"


"tapi ka ada hal penting yang mau aku kasih tau ke kk"

"sorry gak bisa sekarang, saya ada ujian, next time mungkin kita bisa ketemu lagi"

Eza pun segera meninggalkan Hera yang masih mematung ditempat duduknya, beberapa menit kemudian Hera segera mengejar Eza yang hampir melaju dengan mobilnya.

"Kak" panggil Hera seketika menghentikan suara mobil Eza

"kenapa lagi?" tanya Eza membuka kaca mobilnya

"aku boleh kan minta no hape kk?"

"buat apa?"

"ada yang penting, please"

"oke, 0857922477xx"

"makasih banget ka"

Eza hanya mengangguk dan kemudian segera berlalu dengan mobilnya.

"makasih Tuhan, akhirnya dapat no hape ka Eza juga, aku harus bisa bikin Lina bahagia" batin Hera

"kenapa lo Her seneng banget kayaknya?" tanya Lina yang baru sampai dicafe terheran melihat Hera yang lagi senyam-senyum menatap hapenya

"ada apaan sie? coba gue liat" Lina penasaran karena pertanyaannya gak dijawab oleh Hera

"eiiits mau tau aja lo, hehe" ucap Hera sambil menarik handphonenya

"ahk pelit lo"

"biarin"

***

"hallo?" jawab seorang lelaki diseberang sana

"ini Kak Eza kan?"

"iya ini siapa ya?"

"aku Hera, yang kemarin ketemu kk dicafe dekat kampus itu"

"oh iya ada apa ya?"

"kk pasti ingat Lina itu siapa, coba kk putar otak lagi, dia yang pernah nyatain perasaannya dulu ke kk dikantin sekolah"

"hmmm....ooh iya-iya saya baru ingat, pantes namanya gak asing ditelinga saya, dulu dia sering sms saya kan?"

"iya ka, dia dapat no hape kk dari Kak Rizky, dia masih sayang banget sama kk, dia tuh sayang sama kk dari kelas satu tapi dia gak berani bilang, buat nyapa kk aja dia gak berani, kk jutek banget sie mukanya, akhirnya pas kk mau lulus dia baru berani bilang walaupun dia udah tau jawaban kk, dia cuma takut gak ada kesempatan lagi buat ungkapin perasaannya"

"iya waktu itu saya udah punya Veni makanya gak bisa balas perasaannya, Veni juga cemburuan banget jadi saya menjauh dari Lina dan ganti no hape"

"kk pernah ada rasa sama Lina?"

"gak, karena saya belum mengenal Lina jadi gak bisa langsung suka gitu aja"

"selama satu tahun belakangan ini kk gak sadar diperhatikan diam-diam sama Lina dikampus?"

"oh jadi itu Lina, saya merasakannya tapi saya risih diperhatiin diam-diam kayak gitu"

"dia begitu karena dia cuma mau liat kk, itu aja, aku boleh minta tolong? kali ini aja please"

"minta tolong apa?"

"tolong kk bahagiain Lina ya"

"hah? maksudnya jadi cowonya Lina?"

"kurang lebih seperti itu"

"mana bisa saya, saya gak sayang sama dia"

"yang penting kk ada disamping dia, dia pasti senang banget"

"tapi kenapa mesti saya?"

"karena cuma kk yang bisa bikin dia benar-benar bahagia"

"harus ya? maaf saya tidak bisa jalanin hubungan karena terpaksa"

"please ka kali ini aja, aku gak mau kehilangan dia secepat mungkin" derai air mata mengalir dipipi Hera

"kehilangan dia? kenapa dia?"

"di-dia punya pe..."

"HERAAAA ADA LINA NIH" teriak mama Hera dari lantai bawah

"besok kita ketemu dicafe ya ka jam tujuh malam, besok aku jelasin semuanya, aku mau temuin Lina dulu, bye" telepon pun terputus, meninggalkan sejuta pertanyaan dibenak Eza.

***

"Lina mengidap penyakit kanker hati ka" tangisan pun meluap mengiringi perbincangan Hera dengan Eza

"hah kanker hati? sejak kapan?"

"kurang lebih sejak setahun yang lalu, semua orang gak ada yang menyangka kalo Lina kena penyakit itu karena memang gak ada gejala apapun. Sampe akhirnya ternyata kankernya itu sudah menyebar sampe kekelenjar getah bening dan pembuluh darah, menurut diagnosa dokter kankernya itu sudah stadium lanjut jadi gak bisa di kemo ataupun di transplantasi hati lagi" tangisan Hera semakin menjadi

"stadium lanjut? kenapa bisa telat periksanya?"

"iya Lina ngerasain sakit diperut atas bagian sisi kanan baru setahun yang lalu itu, dia jadi gampang cape, sering demam, suka mual, gak nafsu makan dan matanya itu berwarna kuning ka"

"tapi masih ada harapan buat sembuh kan?"

"gak ada ka, kecuali klo masih stadium awal, kemungkinan sembuhnya bisa sampe 90% lewat kemoterapi"

"jadi Lina gak akan pernah bisa sembuh?"

"gak ka, tapi kata dokternya masih ada kemungkinan hidup selama kurang lebih dua tahun lewat obat sorafenib"

"berarti tinggal setahun lagi kemungkinan Lina bisa hidup?"

"iya ka"

"sekarang saya paham kenapa kamu ngotot banget minta saya bahagiain Lina"

"jadi kk mau? aku cuma pengen disisa hidupnya Lina itu bisa bahagia sama orang yang dicintainya selama lima tahun yaitu kk dan aku berharap Lina bisa hidup lebih dari setahun"

"kenapa dari setahun yang lalu kamu gak bilang saya? kan kita satu kampus"

"aku pengen banget bilang ka, cuma aku klo kemana-kemana kan sama Lina, aku gak bisa ninggalin dia dan dia ngelarang aku buat cerita sama siapapun apalagi kk"

"emang kenapa klo saya tau?"

"dia gak mau kk jadi baik sama dia karena penyakitnya itu, dia gak mau dikasianin sama kk"

"ya ampuuun, seandainya dia nyapa saya atau berani nyamperin saya kayak kamu ini saya gak akan cuek, pasti saya baik sama dia, saya gak pilih-pilih teman, saya juga gak ingat wajah Lina jadi saya gak pernah nyapa dia, dan sekarang klo saya deketin dia, apa dia gak curiga klo saya tiba-tiba bersikap baik dan gak cuek lagi ke dia?"

"curiga sih mungkin tapi yang pasti dia bakalan senang banget ka, please ka"

"oke nanti bakal saya coba"

"makasih ya ka, btw kk blm pnya cewe kan?"

"belum, tp Veni ngajak balikan"

"terus kk mau?"

"belum saya jawab, tapi setelah dengar penjelasan kamu ini kayaknya gak akan saya terima"

"kenapa?"

"Veni kan cemburuan banget, walau saya gak ada rasa sama Lina, dia pasti bakal cemburu kalo saya dekat Lina"

"oh gitu, makasih ya ka udah mau bantuin aku"

"iya, udah jangan nangis lagi, kamu sahabat yang baik, sekarang kita makan aja"

***

Tiga bulan berlalu, Lina sangat senang karena bisa dekat dengan pujaan hatinya, walau sejuta pertanyaan menempel diotaknya tentang sikap Eza yang tiba-tiba seperti malaikat kepadanya.

"drrt...drrt" getaran hape Lina membuyarkan lamunanannya, sms dari Eza

"Lin, nanti dinner sama aku ya, nanti aku jemput"

bukan hal yang asing lagi bagi Lina karena hampir tiap malam Eza mengajaknya dinner, dengan senang hati Lina pun menerima ajakannya.

"kamu mau makan apa?" tanya Eza setelah duduk dibangku pesanannya

"terserah kk aja" jawab Lina singkat

"mulai sekarang jangan panggil aku kk lagi, panggil kamu aja atau gak Eza"

"emang kenapa ka?"

"Lin" ucap Eza menggenggam tangan Lina

"tanpa aku sadari, ternyata aku nyaman dekat sama kamu, pengennya dekat kamu terus" lanjut Eza

"udahlah ka, jangan buat aku berharap makin jauh, jangan bohongin perasaan kk lebih dalam lagi cuma buat bahagiain aku. Selama ini aku juga tau kalo kk cuma pura-pura kan deketin aku? bukan karena kemauan kk sendiri tapi karena terpaksa, aku mau banget marah, aku kesel tapi buat apa aku marah toh ini yang dari dulu aku mau, mungkin kk kayak gini karena tau penyakit aku dari Hera kan? emang ya Hera tuh bisa banget nutupinnya dari aku, tapi diam-diam aku suka ngecekin hapenya dia, aku baca sms dan bbm kalian, awalnya aku mau marah juga sama Hera tapi karena sikap kk yang tiba-tiba baik aku jadi tau klo Hera seperti itu karena ingin aku bahagia walaupun caranya memalukan, walaupun kk juga terpaksa tapi aku bahagia bisa dekat sama kk, mungkin ini cara Tuhan untuk mengabulkan permintaan terakhir aku jadi aku jalanin tanpa mengeluh lagi" terang Lina panjang lebar

"awalnya memang aku terpaksa, Hera cerita semuanya tentang penyakit kamu, tapi setelah aku terbiasa sama kamu, mengenal kamu lebih dalam, ternyata kepribadian kamu lah yang ngebuat aku ngerasa nyaman, aku gak pernah temuin cewe kayak kamu, kamu baik, kamu tegar, cara berpikir kamu dewasa, bahkan kamu pun menerima keterpaksaan aku, tanpa marah sama aku, Hera maupun Tuhan, sekarang aku benar-benar sayang sama kamu Lin"

"ka, aku ini cewe yang gak punya waktu lama lagi untuk hidup, mungkin tinggal sembilan bulan lagi, rambut aku bakal habis ka, aku gak akan cantik lagi, kk bakal malu punya cewe kayak aku, kk liat mata aku, kulit aku, ini tanda kalo penyakit aku makin memburuk ka" Lina pun menitikkan air matanya

"aku gak peduli Lin, justru aku ingin miliki kamu disisa hidup kamu, aku mau buat hidup kamu lebih berarti lagi, seandainya penyakit kamu masih stadium awal, aku mau donor hati aku buat kamu, asal kamu tau aku gak pernah ngerasa sesayang ini sama oranglain, seandainya dulu aku gak menghindar dari kamu dan membiarkan kamu masuk dalam hidup aku, mungkin kita udah bersama sejak dulu, aku menyesal Lin" Eza pun tak mampu lagi menahan butiran-butiran air mata dikelopak matanya

"walaupun penyakitku masih stadium awal, gak bakal bisa ka donorin hati kk buat aku, mama, papa, keluarga aku bahkan Hera juga mau donorin hatinya tapi gak bisa, karena yang boleh donorin hatinya yang otaknya udah mati tapi hatinya masih segar, lagi pula aku juga gak akan mau nerima hati mereka. Ka, aku bahagia qo walau kk gak jadi milik aku, aku cuma minta sama Tuhan supaya aku bisa bahagia sama kk, bukan jadi milik kk, dan sekarang Tuhan udah ngabulin permintaan aku ka"

"Tuhan mau ngasih kebahagiaan yang lebih buat kamu, kamu harus terima. Sekarang ikut aku, aku mau nunjukkin sesuatu supaya kamu percaya klo aku benar-benar sayang sama kamu"

mereka pun pergi ketaman dekat cafe yang tadi mereka kunjungi, disana ada tiga orang yang masing-masing memegang sebuah poster lumayan besar yang masing-masing bertuliskan Eza, love, Lina. Yang paling mengejutkan tiga orang tersebut adalah Mama dan Papanya Lina serta Hera, mereka yang meyakinkan Lina kalau Eza benar-benar tulus mencintai Lina. Eza pun mengeluarkan jurus terakhirnya yaitu memberikan Lina serangkaian bunga mawar merah dan pastinya kotak besar berisi cokelat, kesukaan Lina.

Dengan derai tangis dipipinya, Lina memeluk Eza dan disambut hangat oleh Eza.

"makasih banget ya ka, aku juga sayang banget sama kk, aku mau jadi cewe kk" untuk pertama kalinya Eza mengecup kening Lina.

"Tuhan kalau aku boleh minta satu permintaan lagi, aku ingin hidup selama mungkin dengan Kak Eza" jerit batin Lina

***

Tuhan memang selalu punya rencana indah yang tak bisa diprediksi oleh siapapun kapan datangnya. Satu tahun empat bulan, waktu yang begitu singkat namun meninggalkan berjuta kebahagiaan dan keceriaan antara Lina dan Eza, terutama untuk Lina.

Kebahagiaan dari seseorang yang dicintai memang memberikan semangat dan keajaiban yang luar biasa, terutama bagi seorang Lina, dia mampu bertahan hidup lebih lama lagi karena Eza. Kehadiran Eza membuat semangat hidupnya berkibar lagi, membuat dirinya layak untuk hidup lebih lama lagi.
Tujuh bulan adalah bonus waktu yang diberikan Tuhan untuk Lina, lewat perantara Eza. Kini Lina pergi untuk selamanya dengan kebahagiaan yang dia miliki, dia sangat bersyukur didetik-detik terakhir hidupnya.
Dia percaya bahwa Tuhan sudah menyiapkan rencana yang jauh lebih indah untuknya, di alam sana, alam yang berbeda, alam yang lebih damai.

Cepat atau lambat kebahagiaan itu akan datang, semua akan terjadi pada waktunya tanpa bisa dihalang oleh siapapun.

_______THRE END_______

No comments:

Post a Comment

About

.
.