Sunday, January 8, 2012

Pengorbananku


Kehidupan didunia hiburan tak seindah dan tak sesempurna bayangan orang lain. Harta berlimpah tak menjamin kedamaian dan kebahagiaan.

"aku seperti ini karena kamu" ucap Quin setengah emosi. Pertengkarannya dengan suaminya tak jarang terjadi, Quin masih belum bisa menerima dan mengerti dengan pekerjaan suaminya sebagai seorang vocalis dari sebuah group band. Bukan pekerjaannya yang Quin benci melainkan fans-fans wanitanya yang selalu menggoda suaminya, selalu bersikap berlebihan dan seenaknya!!! memang wajar bagi para wanita menggilai sosok Raffa yang begitu sempurna, wajahnya yang bisa dibilang sebelas dua belas dengan Robert Pattinson dan tubuhnya yang kekar dan terlihat gagah serta suara merdunya yang menghanyutkan tentu saja menjadi kegilaan para wanita. Namun bagi Quin itu bukan sesuatu yang wajar, itu hal yang berlebihan!!


"sudah bertahun-tahun kita hidup bersama, kamu masih belum percaya juga kalau cinta aku cuma untuk kamu?" tanya Raffa, suami Quin

"aku gak akan percaya sebelum kamu keluar dari pekerjaan itu" selalu seperti itu permintaan Quin, apalagi dulu Raffa adalah seorang playboy

"dari dulu kan kamu tau kalau ini sudah menjadi resiko, kamu harus bisa terima"

"aku gak peduli, dari dulu kamu janji mau keluar tapi mana buktinya?"

"gak semudah itu sayang, aku kan sudah tanda tanganin kontrak albumnya, kalau aku keluar seenaknya aku harus ganti rugi biaya dua album termasuk promo album, launching, dll"

"kita kan bisa ganti kerugian itu" hartanya yang berlimpah tak jadi masalah walau harus mengganti kerugian yang ditanggung suaminya yang berjumlah ratusan juta. Quin seorang dokter kandungan disebuah rumah sakit besar di Jakarta dan seorang dosen di dua universitas di Jakarta dan Depok. Usaha suaminya juga banyak diluar kota, entah itu restauran, tempat fitnes, toko kue dll. Raffa juga menjabat sebagai Presiden Direktur di perusahaannya didaerah Kuningan. Dan anaknya yang berusia masih balita sudah menjadi model iklan.

"tapi kan kalau aku keluar sama aja aku mematikan rejeki crew-crewnya"

"terserah kamu, aku gak mau maksa-maksa lagi"

"sabar sayang, kontrak album itu tinggal tiga tahun lagi, setelah itu aku pasti keluar demi kamu" sejak dulu Raffa sangat berniat meninggalkan pekerjaan itu demi istri tercintanya namun setiap meeting dengan manager dan anggota lainnya selalu tak diijinkan, karena bagi mereka mencari seorang anggota seperti Raffa sangat sulit. Raffa seperti sudah menjadi nafas dalam group band itu, jika Raffa tak ada, band itu akan mati.

Quin memilih untuk bungkam, keinginannya tak pernah dipenuhi oleh suaminya. Gugatan cerainya tak pernah disetujui oleh Raffa, Raffa sangat mencintainya. Namun bagi Quin lebih baik Raffa hidup dengan wanita yang bisa mengerti pekerjaannya. Sejak dulu Raffa tidak pernah mengumbar kisah asmaranya didepan awak media, yang orang lain tau Raffa masih berstatus single, dan itu juga yang menjadi masalah untuk Quin. Merasa tak dianggap. Bukan Raffa sengaja menyembunyikannya namun itu sudah menjadi perjanjian dan menjadi nilai jual sendiri untuk group bandnya. Konyolnya mereka berpikir bahwa fans-fansnya akan kabur kalau mengetahui status Raffa yang tak lagi sendiri. Sekarang sudah terlambat, dibongkar pun percuma. Yang ada menjadi masalah yang sangat besar jika semua orang tiba-tiba mengetahui bahwa Raffa sudah memiliki istri dan anak.

Setiap hari Quin tak pernah melayani suaminya lagi, dia selalu beralasan cape karena pekerjaannya. Namun bukan itulah penyebab utamanya. Quin sadar bahwa sikapnya salah sebagai seorang istri tapi dia merasa lelah dengan keadaan yang selalu seperti itu, dia cuma ingin suaminya hanya untuknya, tidak dipegang-pegang oleh wanita-wanita tak tau diri diluar sana. Raffa sendiri pun hanya bisa menangisi keadaan rumah tangganya yang tak lagi damai dan mesra seperti dulu. Ini pilihan yang sulit baginya, pekerjaannya itu merupakan hobi dan bakatnya, tak mudah untuk melepaskannya, sama seperti Quin yang tak mudah dia lepaskan.

***

"gue mau keluar dari band ini, titik" ucap Raffa saat meeting dengan manager dan anggota band lainnya, keputusannya sudah bulat

"gak bisa Raf, lo tuh nafas dari band ini" sanggah Dovan pemegang bass

"tapi Quin nafas gue, kalau dia terus-terusan diemin gue, lama-lama gue bisa mati, sikap dia jadi dingin banget sekarang, gue udah gak sanggup lagi"

"emang lo sanggup ganti rugi semua biayanya?" tanya sang manager

"sanggup, kalau perlu rumah gue dijual pun gak jadi masalah yang penting gue bisa rukun dan mesra lagi sama istri gue"

"tapi gimana sama crew-crew lain? kita gak mudah cari pengganti lo Raf, terus fans-fans kita gimana?"

"gue gak peduli!! emangnya mereka semua peduli sama kebahagiaan gue?? kalian semua tuh egois" Raffa menangis, masalah ini begitu berat baginya

"masa sie Quin belum percaya juga, udah lo ceraiin aja dia, masih banyak yang mau sama lo"

BUGGGG!!! satu pukulan mendarat dipipi Adhy sang drummer

"gak segampang itu, lebih baik gue pisah dari band ini dari pada harus pisah sama dia"

"yaudah klo itu keputusan final lo nanti gue urus berkas-berkasnya dan lapor ke pihak labelnya" ucap sang manager yang akhirnya menyetujui

***

Demo dari para fans tak henti-hentinya menyerang rumah Raffa dan basecamp, tangisan terus menyeruak untuk Raffa, mereka tak terima jika Raffa harus hengkang dari band itu. Apalagi mereka harus mendengar alasan yang kurang meyakinkan dari Raffa, Raffa hanya bilang bahwa dia sudah tidak cocok lagi dengan band tersebut. Namun itu keputusan mutlak dari Raffa dan tak ada satupun yang bisa menghalangi kepergiannya.

"kamu sekarang percaya sama aku kan? ini semua demi kamu" ucap Raffa seraya memeluk istrinya

"iya sayang aku sekarang percaya, makasih ya"

Quin sangat bahagia dengan pengorbanan suaminya yang begitu besar. Sekarang Raffa hanya untuknya, tak lagi ada wanita-wanita lain terutama para penggemarnya yang memegang Raffa lagi.
Dari hari ke minggu, minggu ke bulan dan bulan ke tahun mereka laewati tanpa usikan dari wanita lain, kehidupan rumah tangga mereka semakin rukun dan mesra tapi ada sesuatu yang hilang dari diri Raffa. Dia kehilangan hobinya yang dulu membawanya dalam kesuksesan, yang dulu pernah membawanya dalam ketenaran, yang dulu membuatnya mampu mendirikan usaha-usaha besar. Kini suaranya tak lagi berharga, bakatnya terpendam.

Tak jarang Quin melihat Raffa menangis, Raffa selalu mengelak dan beralasan bahwa dia hanya rindu dengan Papanya yang sudah mendampingi Tuhan. Namun Quin mengerti bahwa bukan itu alasannya, kalau Raffa rindu dengan Papanya, dia pasti ke makam, belakangan ini tidak.

"kamu jangan bohong lagi sama aku" ucap Quin kala menemukan Raffa sedang menangis

"aku gak bohong sayang"

"sudah dua tahun kamu tidak menyanyi, aku tau kamu menangisi itu"

"itu resiko yang harus aku terima"

"pergilah ke teman-teman dan manager kamu, kamu masih ada waktu untuk mendapatkan posisi kamu di band itu lagi, kontrak albumnya kan belum habis dan mereka belum bisa mencari penggantimu"

"tapi bagaimana dengan kamu? aku gak mau kita berantem lagi"

"pengorbanan kamu sudah sangat besar untuk aku, sekarang aku yang harus berkorban untuk kamu. Bukankah cinta itu harus berkorban keduanya? Aku akan mengerti"

"benarkah? makasih sayang" ucap Raffa bahagia dan memeluk erat istri tercintanya.

Dengan rasa bahagia Raffa melangkahkan kakinya ke tempat meeting yang sebelumnya telah ia janjikan bersama manager dan teman-temannya, berharap kehadirannya masih bisa diterima.

"apa gue masih bisa diterima di band ini lagi?" tanya Raffa khawatir, sejenak suasana menjadi hening, tak ada satu jawaban pun keluar dari mulut mereka

"baiklah kalau kehadiran gue gak lagi dibutuhin" lanjut Raffa dan beranjak pergi

"siapa bilang, band ini masih membutuhkan lo" ucap sang manager menghentikan langkah Raffa

"serius?? tapi apa penggemar kita masih bisa nerima gue?"

"kalau mereka benar-benar sayang sama lo pasti mereka kembali, dari dulu tuh kita susah cari pengganti lo, gak ada yang bisa bikin sreg"

"thanks banget ya"

"ett tapi uang ganti rugi lo gak bisa kembali lhoo"

"ah gak masalah yang penting gue bisa nyanyi lagi haha" suasana menjadi sangat hangat dengan pembicaraan mereka yang disertai dengan derai tawa.

Kemunculan Raffa tentu saja sangat dinanti penggemarnya dan mereka sangat menerima Raffa kembali. Raffa pun mengenalkan Quin sebagai istrinya ke media massa, kontan para penggemarnya shock dengan berita mengejutkan itu, bahkan orang lain yang mencintai gossip pun kaget karena setau mereka Raffa masih single. Raffa menjelaskan bahwa pernikahannya sengaja dilakukan secara diam-diam dan tentu membuat orang lain berfikir bahwa hengkangnya Raffa dua tahun yang lalu adalah untuk menikah dan membina rumah tangga. Raffa hanya tersenyum mendengar komentar-komentar dari banyak orang tentang tindakannya. Dia tak peduli dengan komentar itu karena sebagai public figure sudah biasa mendengar pujian dan cemooh dari orang lain, itu merupakan hal yang lumrah.

_______THE END_______

No comments:

Post a Comment

About

.
.