Sunday, December 4, 2011

Penyesalanmu Tak Mampu Mengembalikan Perasaanku


Tak mudah bagiku mempertahankan hubungan ini selama tiga tahun, saat kandas ditengah jalan aku selalu mencoba untuk menghubungkannya kembali, walau dengan sakit hati yang teramat dalam namun aku ingin selalu bertahan, aku tak ingin kehilangan dia, Mita kekasihku.
Aku sangat mencintainya, meskipun seringnya dia mengkhianatiku dan meninggalkanku demi pria lain. Entah mengapa aku tak pernah bisa untuk benar-benar mengakhiri hubungan dengannya, aku selalu ingin kembali padanya.

"gue gak ngerti Lang cara berpikir lo kya gimana, ini bukan yang pertama kalinya Mita khianatin lo tapi lo masih aja mau balikan sama dia. Masih banyak Lang wanita lain yang mau jadi pacar lo, misalnya Siska, Rena, Tami, dan Nurul. Lo tinggal pilih"
entah sudah keberapa kalinya Rizal, sahabatku, menasehatiku seperti itu. Dengan emosinya, dengan gregetnya dan dengan harapan aku mau menuruti nasehatnya. Tapi untuk kesekian kalinya pula aku tidak mau menuruti ucapannya.

"tapi Mita beda, dia wanita yang sholeha Zal" ucapku apa adanya

"hah sholeha? apa dengan jilbabnya dia berhak dapat julukan seperti itu sedangkan kelakuannya gak berperasaan kayak gitu? Lang masih pacaran aja dia udah berani kayak gitu, gimana nanti kalau udah nikah?"

"entahlah Zal kenapa gue gak pernah bisa untuk benar-benar kehilangan dia, lo gak pernah ngerasain sie"

"halah perasaan lo itu udah gila, udah gak wajar, heran gue buat apa lo susah-susah kuliah sampe berusaha ngedapetin beasiswa segala tapi lo gak bisa mikir secara realistis, sampe kapanpun Mita bakalan kayak gitu"

"gue yakin dia bakalan berubah dan sadar kalo cuma gue lah yang benar-benar tulus mencintainya"

"terserah lo deh, inget Lang gak semua harapan itu bisa terwujud, merubah sifat seseorang gak semudah membalikkan telapak tangan apalagi cewe kya Mita" Rizal meninggalkanku, aku hanya diam dan menatap punggungnya yang semakin menghilang, aku tau dia sangat kecewa.

Memang benar apa kata Rizal, aku sudah tidak waras tapi inilah cinta, selalu bisa memaafkan sebesar apapun kesalahannya. Tapi entahlah apakah cintaku untuk Mita masih dalam takaran yang wajar? menurutku cinta itu tak ada takarannya, siapapun boleh jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, dan aku benar-benar sudah terjatuh kedalam gelombang cinta Mita.

Aku pun pernah menduakan Mita dengan wanita lain, namun itu hanya sekali saat aku benar-benar merasa ada yang lebih baik dari Mita dan dia pun tau aku punya Mita namun itu hanya berjalan dua bulan, aku tetap memilih Mita.

***
Hari ini ulang tahun Mita, tentu sebagai kekasihnya yang baik aku sudah menyiapkan kado untukknya. Nanti malam dirumahnya ada perayaan kecil-kecilan, sekedar acara makan-makan.
Setelah ku parkir motorku dihalaman rumah Mita aku bergegas masuk dengan senyum sumringah dibibirku, aku juga ingin terlihat bahagia dihari bahagianya Mita. Namun langkah ku tertahan, lengkungan bibirku tak lagi sempurna, siapa pria itu? pria yang sedang tertawa renyah bersama Mita?

Ku teruskan langkahku walau terasa berat, pandanganku semakin jelas. Ahh dia Adly, temanku disekolah tapi tidak sekelas denganku sekaligus kakak angkatnya Mita. Ya, aku sering mengecek inbox dihandphonenya Mita, dan mereka sering smsan, aku cemburu dan marah dengan Mita tapi Mita bilang kalau Adly hanya dia anggap sebagai kakak, aku percaya. Ku coba tersenyum ke mereka walau hasil senyumku terlihat memaksa, ku beri ucapan dan kado kepada Mita kemudian aku keluar dan duduk diteras rumahnya. Disana ada kakaknya Mita dan kekasihnya, aku ngobrol banyak dengan mereka, mereka mengerti keadaan hatiku sekarang.

Sampai dua jam, Mita tak pernah memanggilku dan mengajakku masuk. Aku hanya menikmati kelakuannya itu sampai akhirnya acara itu berakhir, dan yang membuat darahku makin mendidih ketika Mita pamit dengan aku dan kakaknya untuk mengantar Adly pulang, Mita bilang katanya dia disuruh temannya untuk mengantar Adly karena Adly tidak bawa kendaraan, entah itu benar atau tidak. Aku sempat menawarkan biar aku saja yang mengantar Adly tapi Mita tidak mengizinkan.

"biar aku saja, dia kan tamuku, aku yang harus tanggung jawab" jawabnya kemudian sambil berlalu

segitunya kah??? aku ini dia anggap apa??? mengapa aku tak bisa membentaknya?? atau bahkan memukulnya sekalian, itu sudah keterlaluan Mitaaaaa....

Dengan rasa kecewa yang teramat dalam aku pun pulang. Aku selalu membalas kejahatannya dengan kebaikan supaya dia berpikir betapa sayangnya aku ke dia. Aku tau Tuhan maha adil, suatu saat Mita akan mengerti dan berubah.
***
Satu tahun berlalu, hubungan ku dengan Mita masih putus nyambung. Sikap Mita masih seperti itu, kalau ada yang lebih dariku pasti dia lebih memilihnya dibanding aku namun akhirnya dia masih saja menerimaku lagi. Kini kampusku dengannya berbeda, jarak antar kampus kami cukup jauh tapi aku senang bisa mengantarnya setiap hari. Tak jarang kalau sempat pasti aku menjemputnya, entah mengapa aku sangat nyaman dengan Mita. Hari-hariku dengan Mita semakin indah, sebisa mungkin aku meluangkan waktuku untuknya, karena aku juga sambil bekerja. Dia memang punya kakak angkat lagi dikampusnya namun aku percaya kali ini Mita akan tetap denganku.


Tidak..tidak!!! ucapanku barusan kutarik kembali, kali ini aku yang akan mengakhiri hubunganku dengan Mita!!!
ini benar-benar sudah keterlaluan, apa yang aku lihat barusan benar-benar diluar nalar dan logikaku, Mita ciuman dengan pria itu, pria yang sudah dianggapnya sebagai kakak!!!

ahh Tuhaaaaannn, mengapa aku harus melihat pemandangan sesakit ituuu???? aku yang kekasihnya saja tidak berani berbuat seperti itu, aku menjaga kehormatan dia, paling jauh aku hanya berani mencium pipinya tapi pria itu?? bisa semudah itu menodai bibir Mita dan kenapa Mita tidak menolaknya dan sangat menikmatinya???

Aku tak bisa membendung semua amarahku lagi, aku harus tegas, tegas untuk mengakhiri hubungan ini dengan Mita!!!
"MITA!!!" ucapku seketika mengagetkan mereka berdua terutama Mita, aku pun tak segan memukul pria itu dan pria itu hanya pasrah menerima beberapa pukulanku

"Gilang berhenti!!! ngapain sie kamu kayak anak kecil tau gak" ucap Mita berusaha meleraiku

"kamu yang kayak anak kecil bisa sebodoh itu menerima ciuman dari pria ini" emosiku meledak tapi sebisa mungkin aku meminimalisirnya, walau belum puas aku memukul pria itu tapi aku lebih berurusan dengan Mita

"tapi Lang, semuanya gak kayak yang kamu pikirin"

"kamu mau alasan apa lagi? semuanya sudah jelas, ini sudah sangat keterlaluan Mita"

"tapi kamu harus dengar dulu penjelasan aku"

"sudahlah, kamu sudah tidak bisa menjaga perasaan aku terutama menjaga diri kamu sendiri. Kali ini biar aku yang pergi, kamu tetap bersama dia dan silahkan meneruskannya kembali" dengan langkah berat, nafas tercekat aku meninggalkan mereka berdua

"Gilang" panggil Mita menghentikan langkahku, namun aku tak berpaling muka padanya

"maafin aku" aku tak bisa berkata lagi, aku hanya bisa meneruskan langkahku dan aku ingin menyendiri, hatiku benar-benar runtuh, jiwaku begitu tersayat, aku ingin pergi, pergi sejauh mungkin tanpa ada satupun orang disana!!!
sempat terlintas diotakku untuk mengakhiri hidupku, tapi buat apa? hanya karena cinta aku bertindak setolol itu, itu mati konyol. Mending kalau bunuh diri langsung mati, kalau tidak? aku pasti hanya merepotkan orang-orang disekitarku dan aku tidak mau, masih banyak hal yang lebih penting, masih banyak yang membutuhkan kehadiranku. Semua akan berakhir, yaa rasa sakit ini pasti akan berakhir!!!

Niatku untuk menjemputnya tadi ternyata niat yang salah tapi aku bersyukur akhirnya aku bisa melepaskan Mita, benar-benar melepaskannya!!!
***
Waktu terus berputar, aku masih berusaha menyembuhkan luka hatiku. Tak bisa ku pungkiri, kenangan-kenangan indah bersama Mita tak jarang terbesit diotakku, aku masih sering merindukannya, dihati kecilku masih ada dia namun aku tak bisa menerimanya kembali.

drrttt...drrttt.... "Mita calling" batinku
dengan setengah berat aku mengangkatnya

"hallo, assalamu'alaikum" ucapku

"wa'alaikumsalam, Lang aku mau minta maaf sama kamu"

"maaf untuk apa?"

"maaf untuk yang dulu, dulu itu aku gak sadar ciuman sama dia, aku dikasih minum sama dia setelah itu aku gak ingat lagi, aku sadarnya pas kamu datang" entah aku harus percaya atau tidak tapi yang jelas aku tidak peduli lagi

"udah aku maafin"

"makasih Lang, aku menyesal, aku mau kita kayak dulu lagi"

"gak bisa, aku gak bisa menerima kamu lagi"

"kenapa? kamu udah gak sayang lagi sama aku?"

"bukan itu"

"terus apa? apapun aku lakuin deh"

"apa kamu bisa mengembalikkan bibir kamu kayak dulu sebelum ada noda dari pria itu?"

"mana mungkin bisa"

"yasudah aku pun gak mungkin bisa menerima kamu lagi"

"tapi Lang aku mau berubah buat kamu"

"semuanya sudah terlambat Mit, aku bukan yang terbaik buat kamu, begitu pun kamu buat aku"

"kamu yang terbaik buat aku"

"Mit gak semua yang terbaik menurut kita itu terbaik juga menurut Tuhan, tapi yang terbaik menurut Tuhan sudah pasti terbaik untuk kita. Tunggu saatnya Tuhan berikan kamu seseorang yang terbaik, bukan aku"

"aku benar-benar menyesal Gilang" suara Mita terdengar berat, aku tau dia sedang menangis

"tapi penyesalan kamu udah gak bisa mengembalikkan semuanya kaya dulu terutama perasaan aku, sudahlah kita punya kehidupan masing-masing, kamu bisa bahagia tanpa aku"

"pasti wanita yang menggantikan aku nanti sangat beruntung punya kamu, aku udah sangat bodoh menyia-nyiakan kamu dulu"

"makanya ini jadi pelajaran buat kamu, jangan sia-siain orang yang sebenarnya kamu sayang, sudah ya aku ngantuk mau tidur"

"iya tapi kita tetap berteman kan?"

"pasti"

"makasih ya Lang, assalamu'alaikum"

"wa'alaikumsalam"

Seandainya rasa sakit ini lebih mau mengalah untuk perasaan aku ke kamu, aku mau kembali ke kamu. Tapi luka aku masih belum kering untuk memulainya kembali. Suatu saat akan ada wanita yang mampu memulihkannya, yang pasti bukan kamu, Mita.

_______THE END_______


No comments:

Post a Comment

About

.
.