Thursday, December 22, 2011

Mengapa Rasa Gengsiku Begitu Besar Untuk Ibu?




Tak pernah ada yang special dihari ibu, aku iri dengan teman-temanku yang begitu mudahnya mengungkapkan rasa sayang mereka kepada Ibunya, yang begitu mudahnya bermanjaan dengan Ibunya dengan umurnya yang sudah dewasa, dan yang begitu mudahnya mengucapkan “selamat Hari Ibu” langsung kepada Ibunya. Tapi mengapa semuanya begitu sulit untukku? Apakah Ibu juga tidak iri dengan teman-temannya yang mungkin selalu mendapatkan hadiah dari anak-anaknya dihari Ibu? Apakah Ibu tidak mengharapkan ucapan itu dari anak-anaknya? Mungkin saja Ibu sudah terbiasa dengan keadaan itu, sama halnya dengan aku yang sejak dulu terbiasa mengabaikan Hari Ibu. Ayah juga bersikap biasa saat Hari Ibu itu tiba, apakah dia iri mengapa tak ada Hari Ayah, makanya Ayah juga mengabaikan Hari Ibu?
Entahlah, mungkin memang ini sudah menjadi kebiasaan keluarga kami yang tak pernah menjadikan tanggal apapun sebagai hari yang special kecuali hari lebaran dan kelahiran.

Rasa bimbang dan sedih bercampur-aduk dihatiku, terlalu banyak hal yang ingin ku lakukan untuk Ibu namun aku enggan melakukannya. Tiba-tiba langkahku terhenti didepan toko bunga.

“mba, mau beli bunga untuk Ibunya ya?” Tanya seorang pegawai toko bunga itu yang kontan membuyarkan lamunanku
“eh, i-iya mas” jawabku terbata, sejak dulu aku memang ingin memberikan hadiah untuk Ibu di hari Ibu, setidaknya setangkai bunga mawar, namun selalu gagal karena rasa gengsiku yang begitu besar
“ini mba, sepertinya seikat mawar merah ini sangat cocok untuk hadiah Ibu anda diHari Ibu”
“iya mas, saya ambil yang ini”
“Ibu mba pasti senang dan bangga punya anak seperti mba, anak jaman sekarang jarang yang mau memberikan hadiah untuk Ibunya, terlebih lagi dihari Ibu ini” aku hanya tersenyum lirih mendengarnya dan segera membayarnya kemudian berlalu. Aku tak ingin mendengar lebih banyak pujian darinya yang sebenarnya tak pantas aku dapati.

Lima meter lagi aku sampai didepan pintu rumah, hatiku makin berdebar, pikiranku kalut dengan kata-kata yang harus ku ucapkan nanti setibanya ku dihadapan Ibu. Apakah aku berani mengucapkan selamat hari Ibu, mencium pipinya, memeluk tubuhnya dan memberikan bunga ini untuknya? Lalu bagaimana reaksi Ibu? Apakah dia akan menangis? Atau bahkan menertawakan tindakan anehku? Ah, aku tidak mau tahu apa reaksi Ibu nanti, kali ini aku harus bisa melakukannya.

Pintu rumah tak terkunci, aku mencari Ibu dengan langkah yang pasti namun langkahku ciut saat melihat Ibu sedang memasak didapur, itu tempat favorit Ibu. Tidak ada kesedihan yang terlukis diwajahnya, tak ada air mata yang membasahi pipinya saat tak satupun anaknya mengucapkan dan memberikan hadiah dihari yang seharusnya menjadi hari yang istimewa untuknya. Semuanya sangat biasa seperti hari-hari kemarin.

“Bella, kamu sudah pulang” sapa Ibu yang berhasil menemukanku sedang mengintipnya
“hehe iya Bu” jawabku seadanya dan langsung menghampiri Ibu untuk mencium tangannya
“wah bunganya indah sekali, pasti dari Noval ya?”
“bu-bukan, eh iya Bu dari Noval dari siapa lagi” ya Tuhaaan kenapa rasa gengsi itu memuncak lagi, kenapa begitu sulit mengucapkannya
“Bella kekamar dulu ya Bu” lanjutku kemudian meninggalkan Ibu.

Tangisku memecah tak tertahan, butiran-butirannya mengalir sangat cepat dan deras. Kenapa harus gagal lagi? Aku bodoh, sangat bodoh. Untuk mengungkapkan rasa sayangku kepada Ibu saja aku tidak bisa. Tapi kenapa saat hari Valentine atau hari-hari lain, begitu mudahnya aku mengungkapkan rasa sayangku kepada kekasihku Noval? Bahkan saat aku bersalah aku enggan meminta maaf pada Ibu, yang aku tahu Ibu selalu memaafkan kesalahku tanpa ku minta. Tapi ketika aku berbuat salah kepada Noval, tanpa ragu dan malu aku meminta maaf padanya. Ya Tuhaaan mengapa Ibu punya anak sepertiku?? Aku tak bisa membahagiakan Ibu, apakah Ibu tahu betapa aku sangat menyayanginya? Betapa aku sangat ingin mengungkapkan kasih sayang dan rasa bersalahku?

“Bel, makan malam dulu yuk, masakannya sudah matang” ajak Ibu mengetuk pintu kamarku, tak ada jawaban dariku, Ibu pun masuk kekamar yang lupa ku kunci dan tentu saja Ibu kaget melihatku menangis
“lho kamu kenapa menangis? Bukankah seharusnya kamu bahagia mendapatkan bunga dari Noval?”
“bukan itu Bu, bukan karena Noval”
“lalu karena apa?”
“Ibu tau hari ini hari apa?”
“iya tau, sekarang hari kamis, memangnya kenapa?”
“bukan itu, maksud Bella apa Ibu tau kalau sekarang adalah tanggal yang special?”
“oh iya, sekarang tanggal jadian kamu sama Noval kan?” plak!! Seketika aku menepuk jidatku, pantas saja Ibu mengira bunga itu dari Noval, tapi kenapa Ibu ingat? aku saja lupa, bahkan Noval pun juga lupa, tadi seharian dikampus aku membantu Noval yang sibuk mengerjakan skripsinya
“bukan itu Bu, hari ini adalah Hari Ibu”
“oh, lalu kenapa?”
“Ibu tidak tanya Bella kenapa Bella gak pernah ngucapin dan kasih hadiah ke Ibu?”
“gak perlu, untuk apa?”
“Ibu gak ngiri dengan teman-teman Ibu yang selalu mendapatkan hadiah dari anak-anaknya dihari Ibu?”
“buat apa iri, Ibu malah bangga punya anak seperti kamu dan kak Ivan”
“bunga ini sebenarnya bukan dari Noval, aku sengaja beli untuk Ibu tapi aku malu ngasih ke Ibu”
“untuk apa kamu repot-repot membelikan bunga itu untuk Ibu?”
“aku ingin seperti anak yang lain, yang bisa memperlakukan Ibu dengan istimewa dihari yang istimewa ini, setidaknya memberikan hadiah untuk Ibu”
“sayang, Ibu gak pernah mengharapkan diperlakukan istimewa dihari Ibu atau dihari-hari lainnya, Ibu gak pernah mengharapkan hadiah dari kamu dan Kak Ivan. Bagi Ibu, kamu nurut, rajin dan santun sudah menjadi hadiah yang sangat istimewa untuk Ibu” jelas Ibu memelukku
“nak, sesungguhnya tanpa kamu susah payah mengumpulkan keberanianmu untuk mengungkapkan rasa sayangmu kepada Ibu, Ibu sudah tahu kalau kamu sangat menyayangi Ibu. Dari cara bicaramu yang tak pernah menyakiti Ibu, dari sikapmu yang tak pernah membantah Ibu dan dari do’amu yang sepanjang hari terurai untuk Ibu. Kasih sayang itu tak bisa diukur dengan materi, kebahagiaan pun tak hanya bersumber dari materi saja. Ibu juga tak pernah mengharapkan balasan materi dari kamu sayang” lanjut Ibu yang membuat air mataku semakin sulit terhenti.
“maafkan Bella ya Bu” ucapku seraya mempererat pelukan Ibu.


Kasih sayang tak bisa terbentuk dan terbayar dalam balutan materi melainkan sikap tulus dan keikhlasan bertindak.




 SELAMAT HARI IBU - 22 DESEMBER 2011

No comments:

Post a Comment

About

.
.