Sebelumnya baca part 1, part 2 dan part 3 dulu :)
Aku tak bisa menghindari dokter Fahri, dia dokterku, salah satu tugasnya mengurusku. Walau aku selalu mencoba terbungkam dihadapannya namun selalu ada hal yang dia katakan dan mengharuskanku memutuskan benang-benang dibibirku.
Pria itu, pria tanpa nama. Sampai detik ini aku tak mengetahui namanya, bukan karena sengaja tapi selalu lupa karena terlalu asyik mengobrolkan segala hal dengannya.
"belakangan ini saya perhatikan, kamu akrab sekali dengan Adnan" ucapnya yang mengharuskanku menjawab selain mengangguk dan menggeleng
"Adnan? siapa dia?"
"dia adik saya, pria yang menabrak kamu" Adik?
"serius Dok?"
"iya, memangnya dia gak pernah cerita sama kamu?"
"gak"
"dia menyukai kamu" ucapnya kemudian yang membuat aku shock!!
"tapi....maaf aku menyukai Dokter bukan Adnan" entah ada angin apa, yang aku tau aku harus jujur.
"saya tau"
"Adnan cerita? dia ngomong apa aja? pasti ngomong yang macem-macem"
"gpp, dia anak yang baik, kamu cocok sama dia"
"tapi kan???"
"sudah gak usah pake tapi-tapi, rasa cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa bersama, saya yakin kamu bisa mencintai dia, saya pergi dulu ya, ada hal yang perlu diurus"
Dokter Fahri meninggalkanku tanpa sepatah kata dari bibirku untuk membalas ucapannya.
Harusnya kamu bisa merasakan bahwa aku benar-benar mencintai kamu, bukan menyuruhku mencintai orang lain. Kamu gampang bicara seperti itu tapi hati aku gak mudah berpindah.
"kamu kenapa nangis?" tanya seorang pria dan tak lain tak bukan adalah Adnan.
"gpp" jawabku singkat
"pasti karena Dokter Fahri"
"emang benar kalau kamu adiknya dokter Fahri?"
"iya, dan tunangan dia adalah kekasih aku yang pernah aku ceritain ke kamu" untuk kedua kalinya aku dibuat shock
"sebenernya aku yang minta dia buat selalu ngurusin kamu, karena aku tau kamu benci sama aku makanya aku minta dia yang ngerawat kamu biar aku selalu bisa tau keadaan kamu" lanjutnya
"jadi selama ini dia ngurusin aku karena kamu? bukan kemauan dia sendiri"
"begitu lah kira-kira"
"tapi kamu kan tau kalau aku sangat mencintai Dokter Fahri"
"aku tau tapi apa aku salah kalau kenyataannya aku yang mencintai kamu bukan dia?" aku hanya menggeleng dan menangis, menangis dibahunya.
Aku tak bisa menghindari dokter Fahri, dia dokterku, salah satu tugasnya mengurusku. Walau aku selalu mencoba terbungkam dihadapannya namun selalu ada hal yang dia katakan dan mengharuskanku memutuskan benang-benang dibibirku.
Pria itu, pria tanpa nama. Sampai detik ini aku tak mengetahui namanya, bukan karena sengaja tapi selalu lupa karena terlalu asyik mengobrolkan segala hal dengannya.
"belakangan ini saya perhatikan, kamu akrab sekali dengan Adnan" ucapnya yang mengharuskanku menjawab selain mengangguk dan menggeleng
"Adnan? siapa dia?"
"dia adik saya, pria yang menabrak kamu" Adik?
"serius Dok?"
"iya, memangnya dia gak pernah cerita sama kamu?"
"gak"
"dia menyukai kamu" ucapnya kemudian yang membuat aku shock!!
"tapi....maaf aku menyukai Dokter bukan Adnan" entah ada angin apa, yang aku tau aku harus jujur.
"saya tau"
"Adnan cerita? dia ngomong apa aja? pasti ngomong yang macem-macem"
"gpp, dia anak yang baik, kamu cocok sama dia"
"tapi kan???"
"sudah gak usah pake tapi-tapi, rasa cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa bersama, saya yakin kamu bisa mencintai dia, saya pergi dulu ya, ada hal yang perlu diurus"
Dokter Fahri meninggalkanku tanpa sepatah kata dari bibirku untuk membalas ucapannya.
Harusnya kamu bisa merasakan bahwa aku benar-benar mencintai kamu, bukan menyuruhku mencintai orang lain. Kamu gampang bicara seperti itu tapi hati aku gak mudah berpindah.
"kamu kenapa nangis?" tanya seorang pria dan tak lain tak bukan adalah Adnan.
"gpp" jawabku singkat
"pasti karena Dokter Fahri"
"emang benar kalau kamu adiknya dokter Fahri?"
"iya, dan tunangan dia adalah kekasih aku yang pernah aku ceritain ke kamu" untuk kedua kalinya aku dibuat shock
"sebenernya aku yang minta dia buat selalu ngurusin kamu, karena aku tau kamu benci sama aku makanya aku minta dia yang ngerawat kamu biar aku selalu bisa tau keadaan kamu" lanjutnya
"jadi selama ini dia ngurusin aku karena kamu? bukan kemauan dia sendiri"
"begitu lah kira-kira"
"tapi kamu kan tau kalau aku sangat mencintai Dokter Fahri"
"aku tau tapi apa aku salah kalau kenyataannya aku yang mencintai kamu bukan dia?" aku hanya menggeleng dan menangis, menangis dibahunya.
_______TO BE CONTINUED_______
No comments:
Post a Comment