Dear my super hero, Ayah.
Ayah sebelum Aku menulis lebih banyak, Aku ingin Ayah
tau bahwa Aku sangat mencintaimu. Tetapi mengapa bibirku selalu kelu ketika
harus mengucapkan tiga kata tersebut secara langsung? Maafkan Aku. Aku sangat
bangga memilikimu, Aku sangat bersyukur menjadi putrimu. Kau tau Ayah, Aku
selalu tersenyum dan menangis ketika semua yang telah kau lakukan untukku
terekam kembali diotakku. Memori itu selalu hangat dan selalu menjadi kenangan
favoritku. Rasanya semua hal yang kau lakukan selalu berkesan untukku.
Maafkan Aku karena sejak SD Aku selalu merepotkanmu,
memintamu untuk mengantar dan menjemputku setiap sekolah. Bahkan hingga Aku
kuliah saat ini. Aku terlalu manja atau Aku tidak tau diri? Sesekali Kau boleh
membentakku agar Aku mandiri dan tau diri. Kau jarang sekali menolaknya. Bahkan
ketika Kau lagi sibuk atau benar-benar tidak bisa, Kau masih sempat mengantarku
sampai angkutan umum dan menungguku sampai Aku mendapatkan angkutan yang banyak
wanitanya. Lucu Ayah, tapi Aku tau maksudmu, Aku sangat menyukai itu.
Kalau Aku janjian dengan temanku disuatu tempat Kau
selalu mau dan setia menemaniku hingga temanku datang, walau sebenarnya Aku tau
Kau sangat jenuh, itu terbaca dari pertanyaan-pertanyaanmu yang tiada henti.
Ada hal yang membuatku sedikit tergelitik yaitu ketika Kau sudah mulai sangat
jenuh, Kau menyalakan mesin motormu untuk pulang dan Aku sudah mencium
tanganmu, tetapi motornya selalu Kau matikan kembali, berkali-kali sampai
akhirnya temanku datang. Terima kasih Ayah, Aku tau Kau sangat mencintaiku, Kau sangat mengkhawatirkan anakmu ini yang belum mampu melukiskan sebait senyum bangga dibibirmu.
Maafkan Aku ketika Aku nakal, ketika Aku mulai
mempunyai kekasih dan sering berdusta untuk diam-diam bertemu dengannya. Aku
hanya takut jika Kau melarangku. Dan sekarang Kau sudah tau. Kau marah dan benar-benar
melarangku. Kau tau? Aku marah Ayah ketika Aku harus memutuskan kekasihku demi
Engkau. Aku benci, Aku kesal. Kau tidak mengerti perasaanku. Aku sudah dewasa.
Ya Aku sudah dewasa dan akhirnya menyadari bahwa apa
yang telah Aku korbankan (perasaanku) sama sekali tidak sebanding dengan semua
jasa dan pengorbananmu. Maafkan Aku Ayah.
Aku benci ketika Kau melarangku berpacaran tetapi Aku
lebih benci kepada diriku sendiri ketika Aku menyadari bahwa Aku belum bisa
membuatmu tersenyum bangga karenaku.
Engkau Ayah terbaik. Sosok yang sangat Aku kagumi. Kau
tidak pernah memukul anak-anakmu dan Ibu, tidak pernah juga membentak Kami.
Bahkan ketika menyuruh kami sholat, meskipun dalam Islam diperbolehkan memukul,
Kau tidak pernah melakukannya. Hingga Kami sadar sendiri bahwa itu kewajiban
Kami, tanggung jawab Kami.
Ayah, rasanya berjuta-juta kata tidak akan pernah bisa
mewakili betapa indahnya sosokmu. Dan dua halaman sangat tidak cukup untuk
menceritakan semua hal yang berkesan darimu. Walau sifat royalmu kadang
menyebalkan tetapi tak mampu mengurangi keindahanmu. Seandainya Kau ada
duplikatnya yang sebaya denganku, Aku sangat ingin menjadikan Dia sebagai
suamiku.
Ayah seandainya tulisan ini bisa Aku terjemahkan lewat
bibirku dihadapanmu, tentu derasan air mataku lebih dari sekarang, saat Aku
membuat tulisan ini.
Ayah, mulai sekarang Aku berjanji pada diriku sendiri
untuk sebisa mungkin menuruti semua keinginanmu, tentu juga keinginan Ibu. Aku
ingin menjadi anak yang bisa Engkau dan Ibu banggakan.
Terima kasih untuk seluruh waktu, tenaga, materi,
pelajaran, do'a dan kasih sayang yang telah Engkau curahkan. Aku mencintaimu
Ayah. Aku mencintai Ibu. Sampai kapanpun.
Aku tau sampai kapanpun Ayah tidak akan baca tulisan
ini. Aku juga malu jika Beliau membacanya.
Mungkin untuk beberapa orang termasuk Aku, rasanya tak
ada yang lebih sulit dilakukan didunia ini selain mencurahkan rasa sayang kita
ke orang tua. Rasa malu, enggan, gengsi, menjadi penyebab utamanya. Aku lebih
dekat dengan Ayah dibanding dengan Ibu, mungkin karena aku anak perempuan. Ya,
kata orang anak perempuan itu lebih dekat dengan Ayahnya.
Aku akan mencurahkan kasih sayangku pada Mereka lewat
perbuatan, seperti yang mereka lakukan. Aku akan selalu jadi anak yang penurut
dan patuh. Insya Allah.
No comments:
Post a Comment