Monday, October 7, 2013

Sepucuk Surat Untuk Ayah


Dear my super hero, Ayah.

Ayah sebelum Aku menulis lebih banyak, Aku ingin Ayah tau bahwa Aku sangat mencintaimu. Tetapi mengapa bibirku selalu kelu ketika harus mengucapkan tiga kata tersebut secara langsung? Maafkan Aku. Aku sangat bangga memilikimu, Aku sangat bersyukur menjadi putrimu. Kau tau Ayah, Aku selalu tersenyum dan menangis ketika semua yang telah kau lakukan untukku terekam kembali diotakku. Memori itu selalu hangat dan selalu menjadi kenangan favoritku. Rasanya semua hal yang kau lakukan selalu berkesan untukku.

Maafkan Aku karena sejak SD Aku selalu merepotkanmu, memintamu untuk mengantar dan menjemputku setiap sekolah. Bahkan hingga Aku kuliah saat ini. Aku terlalu manja atau Aku tidak tau diri? Sesekali Kau boleh membentakku agar Aku mandiri dan tau diri. Kau jarang sekali menolaknya. Bahkan ketika Kau lagi sibuk atau benar-benar tidak bisa, Kau masih sempat mengantarku sampai angkutan umum dan menungguku sampai Aku mendapatkan angkutan yang banyak wanitanya. Lucu Ayah, tapi Aku tau maksudmu, Aku sangat menyukai itu.

Kalau Aku janjian dengan temanku disuatu tempat Kau selalu mau dan setia menemaniku hingga temanku datang, walau sebenarnya Aku tau Kau sangat jenuh, itu terbaca dari pertanyaan-pertanyaanmu yang tiada henti. Ada hal yang membuatku sedikit tergelitik yaitu ketika Kau sudah mulai sangat jenuh, Kau menyalakan mesin motormu untuk pulang dan Aku sudah mencium tanganmu, tetapi motornya selalu Kau matikan kembali, berkali-kali sampai akhirnya temanku datang. Terima kasih Ayah, Aku tau Kau sangat mencintaiku, Kau sangat mengkhawatirkan anakmu ini yang belum mampu melukiskan sebait senyum bangga dibibirmu.

Maafkan Aku ketika Aku nakal, ketika Aku mulai mempunyai kekasih dan sering berdusta untuk diam-diam bertemu dengannya. Aku hanya takut jika Kau melarangku. Dan sekarang Kau sudah tau. Kau marah dan benar-benar melarangku. Kau tau? Aku marah Ayah ketika Aku harus memutuskan kekasihku demi Engkau. Aku benci, Aku kesal. Kau tidak mengerti perasaanku. Aku sudah dewasa.

Ya Aku sudah dewasa dan akhirnya menyadari bahwa apa yang telah Aku korbankan (perasaanku) sama sekali tidak sebanding dengan semua jasa dan pengorbananmu. Maafkan Aku Ayah.
Aku benci ketika Kau melarangku berpacaran tetapi Aku lebih benci kepada diriku sendiri ketika Aku menyadari bahwa Aku belum bisa membuatmu tersenyum bangga karenaku.

Engkau Ayah terbaik. Sosok yang sangat Aku kagumi. Kau tidak pernah memukul anak-anakmu dan Ibu, tidak pernah juga membentak Kami. Bahkan ketika menyuruh kami sholat, meskipun dalam Islam diperbolehkan memukul, Kau tidak pernah melakukannya. Hingga Kami sadar sendiri bahwa itu kewajiban Kami, tanggung jawab Kami.

Ayah, rasanya berjuta-juta kata tidak akan pernah bisa mewakili betapa indahnya sosokmu. Dan dua halaman sangat tidak cukup untuk menceritakan semua hal yang berkesan darimu. Walau sifat royalmu kadang menyebalkan tetapi tak mampu mengurangi keindahanmu. Seandainya Kau ada duplikatnya yang sebaya denganku, Aku sangat ingin menjadikan Dia sebagai suamiku.

Ayah seandainya tulisan ini bisa Aku terjemahkan lewat bibirku dihadapanmu, tentu derasan air mataku lebih dari sekarang, saat Aku membuat tulisan ini.

Ayah, mulai sekarang Aku berjanji pada diriku sendiri untuk sebisa mungkin menuruti semua keinginanmu, tentu juga keinginan Ibu. Aku ingin menjadi anak yang bisa Engkau dan Ibu banggakan.

Terima kasih untuk seluruh waktu, tenaga, materi, pelajaran, do'a dan kasih sayang yang telah Engkau curahkan. Aku mencintaimu Ayah. Aku mencintai Ibu. Sampai kapanpun.

Aku tau sampai kapanpun Ayah tidak akan baca tulisan ini. Aku juga malu jika Beliau membacanya.

Mungkin untuk beberapa orang termasuk Aku, rasanya tak ada yang lebih sulit dilakukan didunia ini selain mencurahkan rasa sayang kita ke orang tua. Rasa malu, enggan, gengsi, menjadi penyebab utamanya. Aku lebih dekat dengan Ayah dibanding dengan Ibu, mungkin karena aku anak perempuan. Ya, kata orang anak perempuan itu lebih dekat dengan Ayahnya.

Aku akan mencurahkan kasih sayangku pada Mereka lewat perbuatan, seperti yang mereka lakukan. Aku akan selalu jadi anak yang penurut dan patuh. Insya Allah.

No comments:

Post a Comment

About

.
.