Jalan Terbaik

Aku menghela nafas sejenak, sekedar melepaskan peluh yang menempel didada. Terlalu lama rasanya sesak ini bertahan hingga tak bisa lagi merasa. Terjerat segala pertanyaan tentang sikapmu. Kini aku pasrah apapun yang terjadi.

Malam itu, aku merasa tenang bersamamu. Seakan tak ada masalah diantara kita. Namun aku harus memastikan kisah kita.

Aku bahagia saat-saat seperti ini, duduk berhadapan denganmu, saling menatap dan bercerita apa yang aku dan kamu rasakan. Tak jarang derai tawa mengalir didalamnya.
Ahh bahagia itu sangat sederhana bukan? Sungguh aku ingin berlama-lama seperti ini, bahkan sampai sang fajar menampakkan dirinya aku sanggup. Aku sangat merindukanmu, hampir sepekan kamu berbeda.

Entah apa yang masih kamu sembunyikan dariku, rasanya aku sangat ingin tau semua detail tentang hidupmu, masalah-masalahmu, hingga hal sekecil apapun. Sungguh jika rasa sayang itu tak ada, aku tak akan bisa sepeduli ini. Namun aku harus mengerti bahwa ada saatnya hal yang tak harus kau ceritakan.

"bukankah tidak semua masalahku kamu harus tau? aku tidak bisa cerita" selalu seperti itu katamu

"lalu aku harus bagaimana saat kamu sedang ada masalah? aku bingung" tanyaku

"kamu cukup diam, bisakan?" aku hanya tersenyum

ahh kamu tidak akan pernah mengerti bagaimana terlukanya aku saat kamu ada masalah tapi kamu tidak bisa cerita dan berubah jadi acuh, aku merasa tak bisa menjadi kekasih yang baik.

"tapi, bukankah akan lebih lega kalau masalah itu diceritakan?" tanyaku, kamu hanya menggeleng dan tersenyum

"aku cukup mendengarkan, gak akan bicara apapun, supaya kamu merasa lebih baik" lanjutku dan lagi-lagi kamu hanya menggeleng dan tersenyum

ya Tuhaaaaaan aku harus bagaimana?????

Ada saatnya perpisahan menjadi jalan tengah, dan ini saatnya.
Berat memang, sangat!! namun aku tak mau menelan semua pengabaianmu lebih lama lagi.

Aku percaya Tuhan telah mempersiapkan sesuatu yang lebih baik dan lebih indah untuk kita berdua, salah satu caranya lewat perpisahan ini :))