Perpisahan itu kejam. Aku masih membencinya sampai detik ini. Terlebih lagi harus melihatmu rapuh. Lukaku semakin membengkak.
"Harus ya kita berpisah?" tanyamu.
"Iya harus." Jawabku singkat dengan sebait senyum.
"Kenapa harus?" tanyamu lagi.
"Ini takdir, kita harus menerimanya." Hanya kalimat itu yang bisa ku lontarkan karena memang hanya kalimat itulah yang mampu membuat kita pasrah. Bukankah kita tidak boleh membenci takdir? seburuk apapun itu!